DIFUSI
Difusi adalah suatu penyebaran unsur-unsur fisik maupun non fisik. Diantaranya penyebaran kebudayaan dan manusia. Penyebaran manusia dikaji dalam cabang antropologi yaitu paleoantropologi dan penyebaran kebudayaan dikaji dalam cabang ilmu antropologi yaitu somatologi. Kedua ilmu cabang antropologi ini mempelajari tentang penyebaran segala unsur kehidupan atau lebih tepatnya disebut difusi.
PROSES DIFUSI
Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya dari mahluk manusia dalam jangka waktu beratus-rstus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.
Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanaya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.
TEORI-TEORI DIFUSI KEBUDAYAAN
Gejala persamaan unsur-unsur kebudayaan Ketika cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa para sarjana menguraikan gejala persamaan itu disebabkan karena tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan diberbagai tempat dimuka bumi. Sebaliknya ada juga uraian-uraian lain yan mulai tamapak dikalangan ilmu antropologi, terutama waktu cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan pengaruh, yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. menurut uraian ini, gejala persamaan unsure-unsur kebudayaan diberbagai tempat didunia disebabkan karena persebaran atau ifusi unsur- unsur itu ketempat tadi.Sejarah Persebaran unsure-unsur kebudayaan Manusia Anggapan dasar para sarjana tadi dapat diringkas sebagai berikut:
Kebudayaan manusia itu pada pangkalnya satu, dan disatu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu mahlukmanusai baru saja muncul didunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah kedalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkuangn dan waktu. Dalam proses memecah itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetep tinggal terpisah. Sepanjang masa dimuka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi. Tugas terpenting ilmu etnolgi menurut para sarjana tadi ialah antara lain untuk mencari kembali sejarah gerak perpindahan bangsa-bangsa itu, proses pengaruh-mempengaruhi, serta persebaran kebudayaan manusia dalam jangka waktu beratus- ratus ribu tahun yang lalu mulai saat terjadinya manusai hingga sekarang.
Konsep Kulturkreis dan kulturschieft dari Graebner Methode der ethnologie, prosedur klasifikasi itu berjalan sbb:
1. Qualitats Kriterium seorang peneliti mula-mula harus melihat ditempat-tempat dimana dimuka bumi terdapt unsure-unsur kebudayaan yang sama. Kesadaran akan persamaan itu dicapai dengan alas an pembandingan beberapa ciri-ciri, atau kualitas dari unsur tersebut.
2. Quantitats Kriterium Peneliti harus melihat apakah di A ada unsur-unsur lain yang sama dengn unsur-unsur lain di B dan C. maka alasan pembandingan berupa suatu jumlah banyak dari unsure kebudayaan ditempat tersebut.
3. Kulturkreis Akhirnya peneliti mengolongkan ketiga tempat itu, yaitu A,B,C dimana terdapat ketiga kulturkomplex tadi menjadi satu, seolah-olah memasukkan ketiga tempat diatas peta bumi itu kedalam satu lingkaran.
Mazhab Schimidt Schemidt berpendirian bahwa keyakinan aka nadanay satu Tuhan bukanlah suatu perkembangan yang termuda dalam sejarah kebudayaan manusia. Religi yang bersifat monotheismeitu malahan adalah bentuk yang sangat tua
Teori Difusi Rivers Metode yang oleh Rivers kemudian diuraikan dalam karangan berjudul A Genealogical method of Anthropological Inquiry merupakan suatu metode yang kemudian akan menjadi metode pokok dalam sebagian besar penelitian antropologi yang berdasarkan field work. Apabila seorang peneliti dating kepada suatu masyarakat maka sebagian besar dari bahan keterangannya akan diperolehnya dari para informan, dengan berbagai macam metode wawancara. Dengan demikian seorang peneliti harus mengumpulkan sebanyak mungkin daftar asal-usul individu-individu dalam masyarakat objek penelitiannya itu. Dengan engajukan pertanyaan-pertanyan mengenai kaum kerabat dan nenek moyang para individu tadi sebagai pangkal, seorang peneliti dapat mengembangkan uatu wawancara yang luas sekali, mengenai berbagai macamperistiwa yang menyangkut kaum kerabat dan nenek moyang tadi, dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat konkret.
Teori difusi Smith dan Perry Mereka mengajukan bahwa dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusi yang besar yang berpangkal dimesir, yang bergerak kearah timur dan yang meliputi jarak yang sangat jauh, yaitu kedaerah-daerah disekitar lautan tengah, ke Afrika, India, Indonesia, Polinesia dan Amerika. Teori ini sering disebut HeliolithicTheory.
Ada hal- hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwa-peristiwa yang cepat dan mendadak. Migrasi yang lambat dan otomatis adalah sejajar dengan perkembangan dari mahluk manusia yang rupa-rupanya selalu memperbanyak jumlahnya sejak masa timbulnya di muka bumi hingga sekarang. Dalam proses evousi serupa itu mahluk manusia seolah-olah selalu memerlukan tempat-tempat yang baru dimuka bumi.
Berdasarkan buku W. Howells, Back of History (1954 : hlm.177, 287, 298), tergambar garis-garis migrasi yang terpenting dari mahluk manusia. Sudah tentu dalam kenyataan jalanya migrasi tidak boleh kita bayangkan sebagai suatu garis lurus yang menghubungkan A, sebagai tempat pangkal, dengan B, tempat yang dituju. Sebagian besar dari kelompok-kelompok manusia dalam zaman purba hidup dari berburu. Walaupun memang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi selalu bergerak dalam batas suatu wilayah berburu yang tetap. Walaupun demikian bila ditinjau dengan jangka waktu yang panjang, suatu kelompok manusia lama-kelamaan akan pindah wilayah juga, karena diwilayah yang lama jumlah manusia sudah trlampau banyak.namun, perpindahan itu berjalan dengan sangat lambat, dan biasanya tanpa disadari orang-orang yang bersangkutan itu sendiri. Suatu migrasi serupa itu sebenarnya tidak harus kita gambarkansebagai suatu garis liris , melainkan garis spiral.
Migrasi besar dari kelompok-kelombpok manusia yang pindah dari benua asia ke benua amerika pada ahir zaman glasial ke IV, merupakan migrasi yang berjalan dengan sangat lambat, dan agaknya tanpa disadari oleh kelompok-kelompok manusia itu sendiri. Pada daerah perbatasan gletser, atau lapisan es, di asia tengah, kelompok-kelompok manusia berburu binatang es (seperti rusa es, gajah es, beruang es dan sebagainya). Pada ahir zaman glasial ke-IV lapisan-lapisan es dengan lambat, selama beribu-ribu tahun lamanya, mulai pidah ke utara. Dalam waktu yang sedemikian lambatnya hingga tidak disadari, maka seluruh kompleks es,binatang, dan manusia mencapai daerah asia utara. Ada pula diantaranya yang sampai didaerah yang sekarang disebut selat bering, yang ketika itu belum merupakan laut, tetapi suatu daratan sehingga dengan tidak sadar pula manusia telah melalui daerah itu serta menginjak bumi dari suatu benua baru, yaitu amerika. Dengan demikian menurut para sarjana ilmu prehistori, kira-kira 80.000 mahluk manusia unntuk pertama kali mulai mendduduki benua amerika yang sebelumnya masih kosong sama sekali.
Disamping ada migrasi yang sangat lambat ada pula migrasi yang berlangsung cepat dan mendadak. Misalnya : bencana alam, wabah, perubahan mata pencaharian hidup, peperangan dan juga peristiwa-peristiwa khusus yang semua telah tercatat dalam sejarah seperti perkembangan pelayaran dari bangsa cina di asia timur dan asia tenggara, perkembangan pelayaran bangsa-bangsa arab di asia selatan dan afrika timur, migrasi dari bangsa arab dari asia barat ke afrika utara, perkembangan pelayaran dari bagsa-bangsa eropa ke benua afrika, asia dan amerika, transmigrasi dari kurang lebih 3.000.000 orang sepanyol ke amerika selatan dalam abad ke-16 dan ke-17,transmigrasi dari kira-kira 55.000.000 orang amerika ke amerika utara, tengah, dan selatan, sebagai budak-budak belian dalam abad-abad ke- 18 dan ke- 19, migrasi suku-suku bangsa afrika yang berbahasa bantu dari afrika barat ke afrika timur dan selatan, berbagai migrasi besar dari suku-suku besar bangsa peternak di asia tengah yang dipimpin oleh jenghis khan, berbagai migrasi suku-suku bangsa di kepulauan polinesia dan mikronesia dari satu pulau ke pulau lain, dan masih banyak peristiwa lain.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia dimuka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan keseluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion), yang juga merupakan salah satu objek penelitian antropoligi. Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari sati tempat ketempat lain dimuka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satutempat ke tempat yang lain. Mereka itu adalah terutama pedagang dan pelaut. Pada zaman penyebaran agama-agama besar, para pendeta agama buddha, para pendeta agama nasrani, dan kaum muslimin mendifusikan berbagai unsur dari kebudayaan.
Bentuk difusi yang lain lagi dan yang terutama mendapat perhatian ilmu antropologi, adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu, kelompok-kelompok tetangga, pertemuan ini dapat berlangsung dengan berbagai cara :
1. hubungan dimana bentukdari kebudayaan tewsebut masing-masing hampir tidak berubah. Hubungan ini yaitu hubungan symbiotic. Ini kita bisa temukan didaerah pedalaman kongo, togo dan kamerun di afrika tengah dan barat.
2. Bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi dengan akibat yang lebuh jauh dari pada yang terjadi di hubungan symbiotic. Unsur – unsur kebudayaan asing di bawa para pedagang untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disegaja dan tanpa paksaan. Hubungan ini, dengan mengambil istilah dari ilmu sejarah, sering disebut penetration pacifique, artinya pemasukan secasra damai.
Pemasukan secara damai tentu juga ada pada bentuk hubungan yang disebabkan karena usaha dari penyiar agama. Bedanya dengan penetration pacifique oleh para pedagang ialah bahwa pemasukan unsur-unsur asing yang dilakukan oleh para penyiar agama itu berangsung dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.
Pertemuan antara kebudayaan-kebudayaan yang disebabkan oleh penyiaran agama seringkali juga baru mulai setelah penaklukan baru, apabila suatu daerah sudah ditaklukan dan dibuat aman oleh pemerintah jajahan, maka datanglah para penyiar agama, dan mulailah proses akulturasi yang mengakibatkan dari aktivitas itu.
Konsep stimulus difussion kadang-kadang juga dipergunakan dalam arti lain yaitu, bahwa ada suatu usur yang dibawa ke dalam suatu kebudayaan lain, dimana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadi unsur-unsur kebudayaan yang dicciptakan sendiri sebagai hal yang baru oleh warga di kebudayaan peneerima, walaupun gagasan asli berasal dari unsur asing tadi.
Ahirnya kalau kita perhatikan suatu proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya usur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ketempat lain dtetepi terutama sebagai suatu muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses dimana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari kebudayaan lain, maka terbukti tidak bahwa tidak pernah terjadi difusi dari suatu unsur kebudayaan. Unsur – unsur kebudayaan lai biasanya menyebar dalam kompleks-kompleks dalam ilmu antropologi, gabungan dari unsur-unsur kebudayaan yang menyebar antar kebudayaan seperti itu diberi nama kultur kompleks.
REFERENSI :
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropolog jilid 1. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
http://social-science/proses-enkulturasi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar